tv online nobartv

    Release time:2024-10-08 05:33:59    source:syair putra bali hari ini   

tv online nobartv,rgotogel 2023,tv online nobartvJakarta, CNN Indonesia--

Masa depan kepemimpinan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berakhir Mei 2024 dan akan ditentukan lewat Pemilihan Umum(Pemilu) yang dijadwalkan pada Minggu (31/3). Namun, sampai saatnya tiba, pemungutan suara tak kunjung dilakukan.

Warga Ukraina ogah melakukan pemungutan suara karena kondisi perang yang masih berlangsung. Apalagi jutaan warga Ukraina juga berada di pengungsian atau tinggal di luar negeri sehingga pemilu tak bisa dilaksanakan.

Lihat Juga :
Putin Menang Pemilu Rusia dengan 87 Persen Suara, AS Cs Teriak Curang

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian warga Ukraina tidak masalah masa kepemimpinan Zelensky berlanjut sampai pemilu bisa dilaksanakan. Salah satunya, Mykola Lyapin, pelajar berusia 21 tahun yang mengatakan ia akan memilih Zelensky baik saat ini ataupun lima tahun lalu jika punya kesempatan.

Lihat Juga :
AS Tegaskan Ukraina Bukan Dalang Penembakan Massal Moskow

Alasannya, karena kepemimpinan Zelensky membebaskan dirinya dan keluarga dari mantan Presiden Viktor Yanukovych yang disebut pro Putin.

"Rakyat kami bebas, dan kami membuktikannya pada 2014, ketika kami merasa tidak puas dengan Presiden Yanukovych. Sudah ada dalam gen kita untuk mempertahankan posisi kita. Namun, jika masyarakat benar-benar yakin Zelensky sudah terlalu lama memerintah negara, kami akan menyelesaikannya, meski perang sedang berlangsung," imbuhnya.

Kateryna Bilokon, seorang Psikolog berusia 42 tahun mengatakan sebagai pemilih Zelensky pada 2019 lalu dan ia mengaku senang dengan kepemimpinannya. Sehingga ia menolak pemilu diadakan di tengah kondisi negaranya.

"Ini akan menguras anggaran negara, akan lebih baik jika dana dialihkan untuk mempersenjatai militer kita. Tidak ada orang yang bisa menggantikan Zelensky saat ini," kata dia.

Jajak pendapat yang dilakukan juga menunjukkan hanya ada sedikit keinginan warga Ukraina untuk memilih. Hanya 15 persen responden yang mengatakan kepada Institut Sosiologi Internasional Kyiv bulan lalu bahwa negara tersebut harus mengadakan pemilu.

(ldy/dmi)