sdy jumat nagasaon

    Release time:2024-10-08 05:38:10    source:berat badan ronaldo   

sdy jumat nagasaon,rumah terbakar 2d,sdy jumat nagasaon

Jakarta, CNBC Indonesia -Ekonomi global akan alami guncangan yang signifikan dalam waktu dekat. Khususnya soal siklus pelonggaran suku bunga Amerika Serikat (AS) yang diekspektasikan akan dimulai pekan ini, bersamaan dengan para pejabat dari Eropa hingga Asia yang menetapkan kebijakannya pekan ini.

Dikutip dari The Edge Singapore, sebuah rollercoastermoneter sekitar 32 jam lagi akan dimulai dengan keputusan kemungkinan bank sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunga pada Kamis dini hari waktu Indonesia, dan akan berakhir pada hari Jumat dengan hasil dari pertemuan pertama Bank of Japan sejak mereka menaikkan biaya pinjaman dan membantu memicu penurunan global.

Keputusan The Fed akan menjadi sorotan utama, dengan para traderyang cemas mempertimbangkan apakah pejabat akan menganggap pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin cukup sebagai obat untuk ekonomi yang menunjukkan tanda-tanda kehilangan momentum, atau apakah mereka akan memilih pemangkasan setengah poin. Petunjuk tentang niat masa depan Fed juga akan menjadi kunci.

Baca:
Donald Trump Menang Pilpres AS, Nasib Emas Bisa Terancam

Namun, meskipun pengumuman AS akan mengakhiri ketegangan, investor kemungkinan akan tetap waspada setidaknya hingga keputusan Bank of Japan diumumkan, keputusan yang pasti akan diperiksa secara cermat untuk petunjuk mengenai kenaikan berikutnya.

Sebagai catatan, pemangkasan terakhir yang dilakukan The Fed terjadi pada Maret 2020. Saat itu, suku bunga dipangkas mendekati nol untuk mendukung ekonomi AS selama pandemi COVID-19.

The Fed mulai menaikkan suku bunga pada tahun 2022 sebagai respons terhadap lonjakan inflasi, yang sebagian besar dipicu oleh krisis pasokan pasca pandemi dan perang di Ukraina. Bank sentral itu telah mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya pada level tertinggi dalam dua dekade antara 5,25-5,50% selama 14 bulan terakhir, sambil menunggu kondisi ekonomi membaik.

Kini, dengan inflasi yang menurun, pasar tenaga kerja yang mendingin dan ekonomi AS yang masih tumbuh, para pembuat kebijakan telah memutuskan bahwa kondisi sudah tepat untuk pemangkasan. Pemangkasan kecil sebesar 25 bps bisa berguna untuk melonggarkan kebijakan sementara pemangkasan yang lebih agresif sebesar 50 bps akan membantu pasar tenaga kerja meski berisiko memicu kembali inflasi.

Baca:
Dolar Sudah Rp 15.380, Ini Alasan Rupiah Bisa Menguat Lagi

The Fed Pangkas Suku Bunga

Peraih Nobel di Bidang Ekonomi, yang juga merupakan Ekonom senior di Amerika Serikat, Paul Romer, menyatakan bahwa The Fed telah memangkas Fed Fund Rate (FFR).

Paul Romer mengatakan, sebetulnya tanda-tanda pelemahan ekonomi AS, yang seharusnya sudah lama direspons The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada akhir Juli lalu, saat inflasi AS sudah mulai menunjukkan pelandaian.

Sebagaimana diketahui berdasarkan catatan Departemen Tenaga Kerja AS, Indeks harga konsumen melambat menjadi 2,5% pada Agustus dibandingkan angka setahun silam, turun dari 2,9% pada Juli dan merupakan angka tahunan terendah sejak Februari 2021.

Oleh sebab itu, Paul menganggap, seharusnya The Fed sudah mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan FOMC terakhir yang lalu. Apalagi, ia menekankan, bukti ekonomi AS sudah mulai melemah sebetulnya sudah sangat jelas dilihat The Fed.

Ia menekankan, The Fed seharusnya sudah bisa memprediksi dari awal bahwa tekanan harga-harga konsumennya akan mulai masuk ke target sasarannya, yakni inflasi dikisaran 2%. Namun, Paul kembali menekankan pejabat The Fed terbukti salah baca data.

"Namun seperti yang kita katakan, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Jadi, lebih baik mereka memangkas suku bunga sekarang, meskipun terlambat," ujar Paul.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">