draw indiana evening

    Release time:2024-10-07 23:57:51    source:jagoan spin   

draw indiana evening,minta kode sydney,draw indiana eveningJakarta, CNN Indonesia--

Pemerintahan Perdana Menteri IsraelBenjamin Netanyahu belakangan disebut mengalami gonjang-ganjing, saat negara itu tengah melancarkan agresi ke Jalur Gaza, Palestina.

Menteri-menteri kabinet Netanyahu mulai terbelah dan saling sikut dalam menangani perang ini.

Bukan cuma itu, posisi Netanyahu sendiri kini mulai terancam seiring dengan protes yang terus pecah di mana-mana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Didemo besar-besaran

Ribuan orang berunjuk rasa dan menutup jalan utama di Tel Aviv, Israel, menuntut Netanyahu mundur dari jabatan, Sabtu (13/1). Para pedemo juga mendesak pembebasan tahanan dari Jalur Gaza secepatnya.

"Pengunjuk rasa yang menyerukan pembubaran Pemerintah Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu dan pembebasan sandera dari Gaza menutup Jalan Ayalon sebagai bagian dari aksi protes mereka," bunyi laporan saluran TV swasta Channel 12, seperti dikutip Anadolu, Minggu (14/1)

Demo terhadap Netanyahu ini tidak cuma terjadi di Tel Aviv, tapi juga di Haifa. Warga di Haifa menuntut sang PM mundur dari jabatan karena menilai Netanyahu gagal mengendalikan perang di Gaza.

Demo menuntut sang PM mundur semacam ini belakangan banyak dilakukan oleh warga Israel yang kecewa karena sanak keluarganya tak kunjung dibebaskan dari penyanderaan Hamas di Gaza.

Sebanyak 136 orang hingga kini masih ditawan di Gaza sejak agresi pecah Oktober lalu.

Lihat Juga :
Kronologi Menhan Israel-Netanyahu Ribut Sampai Walk Out saat Rapat

2. Cekcok dengan menteri

Netanyahu baru-baru ini dikabarkan berselisih dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

Dalam rapat kabinet pada Sabtu (13/1), Gallant cekcok dengan Netanyahu karena tak diizinkan membawa sejumlah penasihat dan asistennya, termasuk kepala staf kementerian keamanan, Shachar Katz.

Padahal, Netanyahu dan pejabat lainnya membawa para asisten dan penasihatnya.

Beberapa sumber mengatakan informasi soal siapa yang boleh mengikuti rapat sudah disebarkan melalui memo sebelum rapat. Namun, Gallant disebut telat hadir sehingga tampaknya tak mengetahui informasi tersebut.

Lihat Juga :
Israel vs Hizbullah Makin Sengit, Baku Tembak sampai Bunuh Penyusup

Menurut laporan, Gallant hanya boleh membawa sekretaris militer Israel dalam rapat tersebut. Gallant pun dilaporkan naik pitam atas larangan tersebut dan terjadilah pertengkaran.

"Berhenti mengganggu pekerjaan saya," kata Gallant kepada Netanyahu dan Ketua Dewan Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi seraya meninggalkan ruang rapat dengan amarah seperti dikutip Times of Israel.

Selain dengan Netanyahu, menteri dan pejabat militer Israel juga dikabarkan saling sikut.

Lanjut di halaman berikutnya...

Awal Januari lalu, kepala staf militer Israel, Herzi Halevi, bertengkar dengan Menteri Transportasi dan Keselamatan Jalan Miri Regev.

Pertengkaran terjadi saat Halevi memutuskan untuk memasukkan eks menteri pertahanan Israel, Shaul Mofaz, dalam panel yang dibentuk guna menyelidiki kesalahan militer saat peristiwa 7 Oktober di Israel selatan.

"Anda menunjuk Mofaz? Apakah Anda gila!?" seru Regev kepada Halevi.

Mofaz adalah sosok di balik keputusan Israel menarik diri dari Gaza pada 2005 silam. Sayap kanan Israel tak menyukai keputusan itu dan ingin perang Israel-Hamas di Gaza saat ini bisa membalikkan keadaan, demikian dilansir dari Al Jazeera.

Lihat Juga :
Netanyahu Ngoceh: Dunia Sedang Terbalik, Israel yang Perangi Genosida

3. Didesak mundur partai sendiri

Partai Likud, partai pimpinan Netanyahu, dikabarkan berbalik arah melawannya.

Pemimpin oposisi Yair Lapid menyatakan dalam akun X bahwa Partai Yesh Atid siap melakukan voting bersama Partai Likud untuk mengganti Netanyahu.

Netanyahu pun dilaporkan mulai ketakutan partainya bergabung dengan oposisi untuk menggulingkan dia, demikian dilaporkan Anadolu Agency.

Ancaman pemberontakan melawan Netanyahu di dalam Partai Likud dan pergerakan bersama oposisi untuk menggulingkannya semakin kuat baru-baru ini," tulis media Israel, Yedioth Ahronoth.

"Kritik dari partai dan anggota-anggota koalisi Likud semakin meningkat di tengah upaya melawan Netanyahu," demikian laporan dari Yedioth Ahronoth.

Lihat Juga :
Negara Kecil di Pasifik Putus Hubungan dengan Taiwan, Merapat ke China

4. Dituntut mundur sederet eks PM

Tiga mantan perdana menteri Israel ramai-ramai menuntut Netanyahu turun dari jabatannya. Ketiga eks PM itu antara lain Ehud Barak, Yair Lapid, dan Ehud Olmert.

Saat Israel pertama diserang Hamas 7 Oktober lalu, Barak menggambarkan serangan itu sebagai pukulan terparah yang pernah dialami Israel sejak negara itu berdiri. Barak pun menyerukan agar Netanyahu dipecat lantaran sudah tak layak memimpin.

"Cara yang benar adalah dengan melihat solusi dua negara, bukan karena keadilan bagi rakyat Palestina, yang bukan merupakan prioritas utama saya, namun karena kita memiliki keharusan yang mendesak untuk melepaskan diri dari Palestina demi melindungi keamanan kita sendiri, negara kita. masa depan kita sendiri, identitas kita sendiri," ungkap Barak, dikutip dari Time.

Senada, Yair Lapid juga mendesak Netanyahu hengkang karena menilai Israel perlu pemulihan nasional. Selain itu, dia juga tak ingin Israel dipimpin oleh PM yang telah kehilangan kepercayaan publik.

Sementara itu, Ehud Olmert meminta Netanyahu mundur karena sang PM itu merupakan "bahaya nyata" bagi negara.

Olmert menilai masyarakat Israel telah menumpuk kemarahan besar terhadap Netanyahu. Dia juga mengklaim saat ini Netanyahu mengalami stres berat atas tekanan masyarakat Israel dan pejabat oposisi yang menuntutnya mundur.

[Gambas:Photo CNN]