okestream1 pro

    Release time:2024-10-07 23:59:55    source:recehbet login   

okestream1 pro,68 erek,okestream1 proJakarta, CNN Indonesia--

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bukan prioritasPrabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Researcher Center of Digital Economy and SMEs INDEF Izzudin Al Farras mengatakan penurunan anggaran IKN di RAPBN 2025 mencerminkan prioritas anggaran pemerintah.

"Setidaknya di RAPBN (2025) turun drastis, maka bisa kita baca prioritas pembangunan ke depan itu IKN tidak lagi seperti beberapa tahun terakhir," katanya dalam Diskusi Publik INDEF secara virtual, Minggu (18/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :
INDEF Prediksi Anggaran Makan Gratis Prabowo Membengkak Jadi Rp84 T

Pemerintah, melalui Kementerian Keuangan, tercatat telah mengucurkan Rp75 triliun sejak 2022-2024 untuk membangun IKN Nusantara. Rinciannya, Rp5,5 triliun di 2022, sebesar Rp27 triliun untuk 2023, dan Rp42,5 triliun sisanya di 2024.

"Jadi, IKN bukan prioritas utama dalam anggaran-anggaran selanjutnya di bawah kepemimpinan Pak Prabowo dan Mas Gibran," tegas Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut angka tersebut hanya acuan dasar atau baseline. Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto akan diberi keleluasaan untuk menyesuaikan anggaran IKN, sesuai prioritasnya.

Wanita yang akrab disapa Ani menegaskan pemberian anggaran kepada kementerian/lembaga (K/L) juga tergantung kesiapan institusi tersebut nanti. Apakah akan dialokasikan ke Kementerian PUPR atau Otorita IKN.

"Kenapa belanja K/L relatif lebih kecil, Rp976,8 triliun dibandingkan tahun ini Rp1.090,8 triliun? Ini karena kita menghormati untuk presiden terpilih nanti melakukan improvement. Makanya belanja K/L relatively (kecil), kecuali yang dari presiden terpilih menyampaikan ingin melakukan A, B, C," kata Ani dalam Konferensi Pers di Kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kemenkeu, Jakarta Selatan, Jumat (16/8).

"Tapi yang lain itu masih di-retain (ditahan) di belanja non-K/L yang makanya menjadi tinggi, yaitu Rp1.716,4 triliun. Ini nanti pada Oktober (2024) bisa dialokasikan dan biasanya nanti naik pada executing pada K/L yang dipilih untuk melakukan tugas tertentu, entah makan bergizi gratis, perbaikan sekolah, dan hal-hal prioritas presiden terpilih," jelasnya.

Lihat Juga :
Kata-kata Jokowi soal SBY dan Megawati Tak Hadir Upacara HUT RI di IKN
(skt/DAL)